BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 08 November 2009

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A. KERAJAAN ISLAM DI SEKITAR SELAT MALAKA
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam di daerah pantai timur Pulau Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yakni Selat Malaka.
Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin al Kamil, seorang laksamana laut dari Mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut Pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimuddin al Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan hukum-hukum ajaran Islam. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
a. Kehidupan Politik
Sultan Malikul Saleh.
Sultan Malikul Saleh memerintah Samudera Pasai dari tahun 1285-1297 M. Sultan yang semula menganut aliran Syi’ah itu berbalik menganut aliran Syafei.
Sultan Malikul Thahir.
Setelah sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir). Pada masa kekuasaannya terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudera Pasai saat putra Sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun) dan bergelar Sultan Malikul Mansur. Ia kembali kepada aliran yang semula yaitu aliran Syi’ah.
b. Kehidupan Ekonomi
Letak geografis Samudera Pasai di tepi Selat Malaka sangat strategis, karena merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan dunia Timur.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum Islam. Sistem kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai banyak memiliki persamaan dengan daerah-daerah Arab, sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
2. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.
a. Kehidupan Politik
Iskandar Syah Pada awal abad ke-15 M, terjadi perang saudara di Kerajaan Majapahit. Perang itu dikenal dengan sebutan Perang Paregreg. Peperangan tersebut, seorang pangeran Kerajaan Majapahit yang bernama Paramisora diiringi para pengikutnya melarikan diri dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura).
Muhammad Iskandar Syah. Setelah Iskandar Syah meninggal dunia tahta Kerajaan Malaka dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1414-1424 M. Dibawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas hingga mencapai seluruh wilayah Semenanjung Malaya. Pada masa kekuasaannya muncul ekspedisi bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque.

b. Kehidupan Ekonomi
Peranan Kerajaan Malaka sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya perdagangan yang berpusat di Ibu Kota kerajaan tersebut.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa perantara (bahasa Melayu disebut juga sebagai bahasa Kwu-lun).
c. Kehidupan Sosial
Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, sudah jelas hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.
3. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
a. Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Aceh, tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun berdasarkan Bustanus Salatin (1637 M) karangan Nurudin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh dan berdasarkan berita-berita orang Eropa, diketahui bahwa Kerajaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir.
b. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.

c. Kehidupan Sosial
Meningkatnya kemakmuran telah menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme dan ajaran Islam. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedang kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan Teungku. Sayangnya antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh. Sejak berkuasanya Kerajaan Perlak telah terjadi permusuhan antara aliran Syi’ah dengan Sunnah Wa Jama’ah. Tetapi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syi’ah memperoleh perlindungan dan berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan Aceh.
Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan agama Islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang berjudul Bustanussalatin (judul itu berarti taman raja-raja dan berisi adat-istiadat Aceh beserta ajaran agama Islam).
Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh :
• Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
• Timbulnya pertikaian yang terus menerus di Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan golongan ulama (teungku) mengakibatkan melemahnya kerajaan Aceh.
• Daerah-daerah kekusaanya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Perlak, Minangkabau, dan Siak.
• Aceh yang berkuasa selama kurang lebih empat abad, akhirnya runtuh karena dikuasai oleh Belanda pada awal abad ke-20.

B. KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA
1. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa . secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah. Pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada masa sebelumnya, daerah Demak bernama Bintaro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Patah (dari Kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (daerah Pasai).
a. Kehidupan Politik
Ketika Kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Adipati Unus.
Sultan Trenggana. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa Kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat dibawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan Pajajaran. Dengan kemenangan itu Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh).

b. Keruntuhan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dan Sunan Prawoto (Putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto.
Putra Sekar Seda Ing Lepen yang bernama Arya Penangsang menuntut balas kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri (suami Ratu Kali Nyamat, adik Sunan Prawoto).
c. Kehidupan Ekonomi
Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung dan transito antara daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran Indonesia bagian Barat. Karena itulah timbul keinginan Demak untuk menggantikan kedudukan Malaka sebagai pusat perdagangan baik nasional maupun internasional.
d. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Demak tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa sebelumnya. Hanya pada masa kekuasaan Demak kehidupan masyarakat telah diatur oleh aturan-aturan atau hukum-hukum yang berlaku dalam ajaran Islam, tetapi tidak begitu saja meninggalkan tradisi lama, sehingga muncullah sistem kehidupan sosial masyarakat yang telah mendapat pengaruh Islam.
e. Kehidupan Budaya
Diantara para wali atau sunan yang aktif di Demak adalah Sunan Kalijaga. Ia banyak memberi saran, sehingga Demak menjadi semacam negara Theokrasi, yaitu negara atas dasar agama. Salah satu bukti peninggalan kebudayaan Kerajaan Demak adalah Masjid Demak yang terkenal salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu dan disebut Soko Tatal. Di pendopo Masjid Demak (serambi depan Masjid Demak) itulah dasar-dasar perayaan Sekaten.
Ide memperingati Maulid Nabi di istana berasal dari kebiasaan masyarakat pada masa Kerajaan Yogyakarta, Solo, Cirebon dan Demak. Kata “ Sekaten” itu sendiri berasal dari kata “Syahadatain” yang berhubungan dengan aktivitas para wali dalam mengenalkan makna dua kalimat syahadat.
2. Kerajaan Banten
a. Letak Kerajaan
Dasar-dasar Kerajaan Banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa perkembangan kerajaan Banten yang sedemikian pesatnya, tidak lepas dari posisinya yang strategis di sekitar Selat Sunda. Dengan posisinya yang strategis inilah, Kerajaan Banten berkembang menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.
b. Kehidupan Ekonomi
Faktor-faktor pendukung berkembangnya Banten sebagai pusat kerajaan dan pusat perdagangan antara lain sebagai berikut
• Banten terletak di Teluk Banten sebagai pelabuhan yang baik
• Kedudukan Banten yang sangat strategis, karena aktivitas pelayaran perdagangan dari pedagang Islam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Malaka
• Banten memiliki bahan ekspor penting, yaitu lada sehingga menjadikan daya tarik yang kuat bagi pedagang-pedagang asing
• Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedagang-pedagang mencari jalan baru di Jawa Barat di samping Cirebon.
Banten yang cepat maju dikunjungi oleh pedagang-pedagang asing seperti pedagang Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu (Birma dan Myanmar), Keling, Portugis dan lain-lain. Seperti orang Keling mendirikan kampung Keling, orang Arab atau orang yang telah menganut agama Islam mendirikan kampung Pekojan, orang Cina membentuk kampung Pecinan.
c. Kehidupan Sosial
Sejak daerah Banten diislamkan oleh Fatahillah, kehidupan sosial masyarakat secara perlahan mulai berlandaskan ajaran-ajaran atau hukum-hukum yang berlaku dalam agam Islam.
3. Kerajaan Mataram
a. Letak Kerajaan
Kerajaan Mataram Islam ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Mataram dari zaman Hindu-Budha. Mungkin juga pemakaian nama ini ada hubungannya dengan upaya untuk mengagungkan kembali kebesaran masa lalu.
Kerajaan Mataram adalah sebuah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang. Kerajaan Mataram adalah daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kota Gede atau Pasar Gede dekat daerah Yogyakarta sekarang.
b. Kehidupan Politik
Sultan Agung. Setelah Mas Jolang wafat, Raden Mas Martapura mulai berkuasa. Namun karena sakit-sakitan, akhirnya turun dari tahta Kerajaan Mataram. Kemudian ia digantikan oleh Mas Rangsang, dengan gelar Sultan Agung Senapati Ing alogo Ngabdurracman. Ia adalah raja Mataram yang pertama memakai gelar sultan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Sultan Agung memerintah Mataram dari tahun 1613-1645 M. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaannya. Sultan Agung disamping sebagai seorang raja, ia juga tertarik dengan filsafat kesusastraan dan seni. Sultan Agung menulis buku filsafat yang berjudul Sastro Gending.
Sultan Agung mempunyai tujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia. Ia juga terkenal sebagai seorang sultan yang sangat anti terhadap Belanda, sehingga pada masa pemerintahannya Kerajaan Mataram dua kali mengadakan serangan ke Batavia (1628 M dan 1629 M), namun gagal. Kegagalan ini membuat Sultan Agung memperketat penjagaan pada daerah-daerah perbatasan yang dekat dengan Batavia, sehingga dibawah pemerintahannya, Belanda sulit menembus daerah Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 M dan di gantikan oleh putranya yang mendapat Amangkurat I.
Amengkurat I. Amengkurat I memerintah Mataram dari tahun 1645-1677 M. Ketika ia menduduki tahta Kerajaan Mataram, orang-orang Belanda mulai masuk ke daerah Kerajaan Mataram. Bahkan Amengkurat I menjalin hubungan yang sangat erat dengan Belanda. Belanda diperkenankan untuk mendirikan benteng di Kerajaan Mataram.
Ternyata, setelah diperkenankan mendirikan benteng, tindakan Belanda semakin sewenang-wenang. Akhirnya muncul pemberontakan , seperti pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Trunajaya dari Madura. Pangeran Trunajaya berhasil menjalin hubungan dengan bupati di daerah pesisir pantai. Bahkan ibukota Mataram hampir dikuasai oleh Trunajaya. Namun karena perlengkapan persenjataan yang jauh dibawah pasukan Belanda, akhirnya pemberontakan itu berhasil dipadamkan. Ketika pertempuran terjadi di pusat ibukota kerajaan Mataram, Amengkurat I menderita luka-luka dan dilarikan oleh putranya ke Tegalwangi, hingga meninggal dunia.
Amengkurat II. Amengkurat II memerintah Mataram dari tahun 1677-1703 M. Dibawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin sempit. Sebagian besar daerah-daerah kekuasaan diambil alih Belanda. Amengkurat II yang tidak tertarik untuk tinggal di ibukota kerajaan, selanjutnya mendirikan ibukota baru di Desa Wonokerto yang diberi nama Karta-surya. Di ibukota inilah Amengkurat II menjalankan pemerintahannya terhadap sisa-sisa Kerajaan Mataram, hingga akhirnya meninggal tahun 1703 M.
Setelah Amengkurat II, Kerajaan Mataram bertambah suram dan tahun 1755 M melalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram dibagi dua wilayah:
• Daerah Kesultanan Yogyakarta, daerah ini lebih dikenal dengan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya, bergelar Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792 M).
• Daerah Kesuhunan Surakarta, diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788)
Perjanjian Salatiga merupakan upaya Belanda untuk memperkecil wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram.
Sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dengan wilayahnya yang diberi nama Mangkunegara. Namun sebagian daerah kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati, sehingga Kerajaan Mataram yang kuat dan kokoh pada masa pemerintahan Sultan Agung akhirnya dibagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Kerajaan Mataram benar-benar merupakan sebuah negara agraris. Pelayaran-perdagangan menghendaki daerahnya sebagai negara merdeka atau setidak-tidaknya sebagai anggota serikat atau federasi, jadi sifatnya desentralisasi.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung terjadi perselisihan antara pedagang-pedagang Belanda di Jepara. Hal ini mengakibatkan Sultan Agung melakukan serangan ke pusat perdagangan Belanda di Batavia dan ingin mengusir Belanda dari Batavia (tapi gagal). Untuk menghadapi Belanda, Mataram menjalin hubungan dengan Potugis (musuh Belanda dari Eropa) yang ingin memenuhi kebutuhan berasnya dari Mataram.
Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat memperoleh imbalan berupa tanah garapan atau tanah pajak. Sistem kehidupan ini menjadi dasar utama munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Salah satu bentuk kebudayaan yang muncul adalah kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi (perpaduan) antara kebudayaan asli Hindu, Buddha dan Islam. Upacara Grebeg, bersumber pada pemujaan nenek moyang yang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit pada perayaan hari besar Islam, sehingga timbul Grebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri, Grebeg Maulud pada bulan Rabiul Awal. Hitungan tarikh yang sebelumnya (tarikh syamsiah),sejak tahun itu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh qamariah).

C. KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA TIMUR
1. Kerajaan Gowa dan Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaannya ke kepulauan Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores.
Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya di Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.
Dengan bantuan Arung Palaka pasukan belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai Ibukota kerajaan. Akhirnya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M).
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark, datang berdagang di Makassar.
Aktivitas kehidupan masyarakat diatur berdasarkan sumber-sumber yang ada dalam ajaran hukum Islam.
2. Kerajaan Ternate dan Tidore
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebgai “The Spice Island”.
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, diantaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya, mencakup pulau-pulau di Ternate, Obi Bacan, Seram, dan Ambon. Uli Siwa berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau di Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal itu dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaikan perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menentukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku.
Malaka merupakan kepulauan antara Sulawesi dan Irian. Tanah dipulau itu subur dan diliputi oleh hutan rimba yang banyak memberikan hasil, diantaranya cengkeh.
Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah dan juga ingin mengembangkan agama Katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan.

Glosarium
Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahié, kitab hukum perniagaan milik Kerajaan Makkasar.
Bustanussalatin, kitab sejarah Aceh yang memuat silsilah raja-raja dan tradisi rakyat Aceh.
Daerah Serambi Mekkah, sistem kehidupan sosial masyarakat Samudera Pasai atau Aceh memiliki banyak persamaan dengan daerah-daerah Arab.
Pangeran Sabrang Lor, gelar yang diberikan kepada Dipati Unus karena pernah melakukan serangan ke arah utara yaitu ke Semenanjung Malaka dalam upaya untuk mengusir Portugis dari Malaka.
Perang Paregreg, perang saudara yang terjadi di Kerajaan Majapahit antara 1401-1406.
Perjanjian Bongaya, perjanjian yang terjadi antara Kerajaan Makassar Belanda setelah kekalahan Raja Hasanuddin pada Perang Makassar.
Perkawinan Politik, sistem perkawinan seperti ini biasanya dilakukan oleh kalangan raja yang ingin menguasai wilayah kerajaan lainnya tanpa melalui peperangan.
Sastro Gending, sebuah kitab karya sastra karangan Sultan Agung (Raja Mataram Islam).
Sekaten, tradisi yang sengaja diciptakan oleh kalangan Kerajaan Mataram pada masa-masa awal berkembangnya pengaruh Islam di Pulau Jawa. Tradisi ini bertujuan untuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi perayaan ini hingga sekarang masih tetap dilakukan.
Soko Tatal, tiang utama dari Masjid Demak yang didirikan oleh Sunan Kalijaga sebagai pemimpin pendiri masjid tersebut.
Teuku, golongan bangsawan Aceh yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil.
Teungku, golongan ulama Aceh yang sangat besar peranannya di dalam perkembangan masyarakat Aceh.
The Spice Island, julukan yang diberikan kepada Kepulauan Maluku karena sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia.
Upacara Grebeg, upacara yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan. Upacara ini merupakan tradisi masyarakat sejak zaman kekuasaan Kerajaan Majapahit.

0 komentar: