BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 20 November 2009




Tuesday, December 9, 2008
Cinta Terlarang


Sinopsis :
Buku Terbaik Publisher Weekly 2007
Pemenang Rauxa Award 2007

Elio, seorang remaja pria Italia, merasa kalut dan kebingungan ketika merasa dirinya jatuh cinta setengah mati kepada tamu lelaki dari Amerika yang menginap di rumahnya selama musim panas. Tidak yakin terhadap keinginannya sendiri, ia berusaha keras mengingkari perasaan tertariknya yang tak wajar itu. Walaupun suka menyendiri dan lebih pandai bergaul dengan buku ketimbang dengan manusia, secara fisik ia sangat menarik dan banyak perempuan mengejarnya.

Di luar dugaan, Elio tidak bertepuk sebelah tangan. Oliver ternyata membalas perasaannya. Di akhir musim panas itu, mereka pergi ke Roma sebelum Oliver pulang ke negaranya. Di kota itu, mereka menemukan kehangatan dan kebersamaan total yang jarang dimiliki pasangan lain, tanpa menyadari itulah terakhir kalinya mereka bisa berdua. Oliver kemudian pulang ke Amerika dan menikah dengan seorang wanita. Merasa dikhianati, Elio yang patah hati menolak bertemu dengan kekasihnya. Namun, seumur hidup ia tak mampu melepaskan diri dari bayangan Oliver. Ia menunggu bertahun-tahun untuk memastikan bahwa perasaan mereka bukan sekadar cinta semusim.

Novel ini mengisahkan liku-liku cinta terlarang dengan segala dilema dan tarik ulurnya. Hubungan Elio dan Oliver juga diwarnai hubungan bercabang mereka dengan sejumlah perempuan. Novel ini bukan hanya enak dibaca, tapi juga menghibur dan sekaligus membuka wawasan kita tentang makna cinta dan pengorbanan.

Spesifikasi Buku
Penerbit : Serambi
Pengarang : Andre Aciman
Kelompok : Novel
Bahasa : Indonesia
Cover : softcover

Label: Serambi

Rabu, 11 November 2009

St 12 lahir di bandung tanggal 20 januari 2005 beraliran musik melayu yang didirikan oleh ilham febry alias pepep (drum),dedy sudrajat alias pepeng (gitar),muhammad charly van houten sapaan na charly (vokal) dan iman rush (gitar)..

Ceritany gini.. Nak2 st 12 kan sering ketemu dirental studio musik milik na pepep. Trus pepep berencana bkin band dech.. Jadilah st 12 yang singkatan na jl.Stasiun timur no 12... Nama band st 12 pemberian dari ayah pepep yang bernama helmi aziz..
Album perdana st 12 melalui jalur independent (indie) karena perusahaan musik tidak ada yang mau menerima band st 12.. Ketika promozi lagu ke semarang city iman rush meninggal..
Trus album ke 2 st 12 sudah di pegang oleh perusahaan music trinity optima production karena album perdana st 12 langsung terjual banyak...

sejarah st 12

Satu lagi grup band asal kota kembang Bandung menyemarakan belantika musik Indonesia. ST12, grup yang terdiri dari 4 personil, Pepep (Drum), Iman Rush (Guitar), Pepeng (Guitar), dan Charly Van Houtten (Vokalis) ini dibentuk sejak Januari 2005 lalu.

Grup yang bermimpi untuk menjadi band papan atas itu mengusung jenis musik pop alternatif. "Kami menganggap jenis musik ini akan lebih mudah didengar, easy listening. Dan pendengar pun tampaknya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu seperti itu," ungkap Pepep mewakili teman-temannya.

Untuk menambah kualitas pada album perdana yang berjudul Aku Tak Sanggup Lagi, mereka melibatkan musisi Indra Utopia sebagai pengisi bass dan kang Iman GAIA untuk mengisi keyboard.



Awalnya grup band ini diprakarsai oleh Pepep dan Iman Rush. Pepep yang sebelumnya pernah tergabung dalam Oliv Band mengajak Pepeng, temannya yang sama-sama pernah tergabung dalam grup Oliv Band.

Ternyata jalan mereka tetap tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ketiga pria ini merasa kesulitan untuk mendapatkan seorang vokalis yang memiliki kriteria suara yang sesuai dengan keinginan mereka. Maka sebuah audisi pun dilakukan. Saat audisi, ketiganya dipertemukan dengan Carly Van Houtten. "Charly memiliki karakter suara yang bagus dan cukup kuat. Selain itu dia memiliki latar belakang sebagai pengajar vokal. Jadi, tampaknya tidak sulit bagi dia untuk membawakan lagu saat audisi berlangsung," papar Pepep.

Tidak berbeda dengan grup-grup band yang sedang naik daun sekarang ini, lagu-lagu mereka pun kebanyakan bertema tentang cinta. "Cinta sifatnya lebih fleksibel. Lebih universal. Bisa dinikmati oleh siapa saja, muda dan tua. Dan tema-tema seperti inilah yang akan terus laku di pasaran," tambah Pepep.

Nama ST12 sendiri diambil dari nama jalan, Stasiun Timur No 12, yang merupakan lokasi studio tempat mereka kumpul. Di studio tersebutlah, keempat orang pemuda ini kerap kali berkumpul dan mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. "Studio ini memang sering dijadikan tempat mangkal oleh teman-teman musisi lain, baik yang yunior, maupun senior di Bandung," jelas Pepep mengenai sejarah berdirinya ST12.
perjalanan st 12

Senin, 09 November 2009

Batu Angus, Ternate





Ada suatu kawasan di kota Ternate yang disebut Batu Angus. Inilah sisa lelehan larva Gunung Gamalama yang megah itu.

Pada zaman Pleistochen, daratan pulau Ternate masih merupakan satu daratan dengan pulau-pulau seperti Morotai, Halmahera, Hiri, Maitara, Tidore, Mare, Moti, Makian, Kayoa, Bacan dan sebagainya yang terletak dalam rangkaian gunung berapi Zone Maluku Utara. Deretan pulau-pulau ini berada di sepanjang pantai barat pulau Halmahera di Propinsi Maluku Utara.
Perubahan alam yang terjadi selama ratusan-ribu tahun dan pergeseran kulit bumi secara evolusi telah membentuk pulau-pulau kecil di sepanjang "Jazirah tuil Jabal Mulku", (Istilah yang sering dipergunakan oleh Buya Hamka). Halmahera merupakan Pulau Induk dari di kawasan ini sekaligus menjadi dataran tertua, selain pulau Seram di Maluku Tengah.
Dari sudut pandang geologisnya, pulau Ternate merupakan salah satu dari deretan pulau yang memiliki gunung berapi, dari barisan garis ”strato vulkano active at south pacific” yang melintang di kawasan Asia timur ke Asia tenggara, dari utara ke selatan. Salah satu yang masih aktif di kepulauan Maluku Utara adalah gunung “Gamalama” di pulau Ternate dengan ketinggian 1.730 m. (Bangsa Portugis menyebutnya Nostra Senora del Rozario).
Gamalama tercatat pernah beberapa meletuskan semburannya pada tahun 1608, 1635, 1653, 1840 dan 1862. Letusan terhebat yang tercatat terjadi pada pertengahan abad ke-18, tepatnya pada tanggal 10 Maret 1737 yang bertepatan dengan 22 Dzulkaidah 1149.H yang mengakibatkan aliran lahar dari puncak hingga mencapai laut yang dikenal sekarang dengan “Batu Angus”. (sumber; F.S.A. de Clerq, Bijdragen tot de Kennis der Residentie van Ternate, Leiden, 1890).
Sisa-sisa letusan itu hinggi kini masih bisa Anda saksikan jika berkunjung ke Desa Batu Angus, sekitar lima belas menit perjalanan darat ke arah utara dari pusat kota Ternate. Di sana serakan larva beku membentuk komposisi unik tersendiri. Menyajikan pemandangan yang menakjubkan karena berlatar belakang Gunung gamalama yang selalu terselimuti Kabut tipis.
Batu Angus, demikian warga ternate menyebut serakan tersebut. Tahun demi tahun pemanfaatan terhadap bebatuan yang berwarna hitam legam ini pun terus berjalan. Warga memanfaatan serakan-serakan tersebut guna sebagai bahan bangunan. Terutama pondasi rumah.
Dari kawasan Batu Angus, jika anda berhasil mencapai salah satu tempat tertingginya akan menyaksikan hamparan laut nan luas. Memanjakan mata bagi yang suka berpetualang.

Endogen

kesultanan tidore

wali songo

Sejarah Jakarta


Ringkasan Sejarah

Sejarah Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasio-nal yang ramai.

Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.
Laporan para penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi bandar utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke bandar Kalapa. Kota ini kemudian diserang oleh seorang muda usia, bernama Fatahillah, dari sebuah kerajaan yang berdekatan dengan Kalapa. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang kini diperingati sebagai hari lahir kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 dan kemudian menguasai Jayakarta.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka. Mereka pun membangun kanal-kanal untuk melindungi Batavia dari ancaman banjir. Kegiatan pemerintahan kota dipusatkan di sekitar lapangan yang terletak sekitar 500 meter dari bandar. Mereka membangun balai kota yang anggun, yang merupakan kedudukan pusat pemerintahan kota Batavia. Lama-kelamaan kota Batavia berkembang ke arah selatan. Pertumbuhan yang pesat mengakibatkan keadaan lilngkungan cepat rusak, sehingga memaksa penguasa Belanda memindahkan pusat kegiatan pemerintahan ke kawasan yang lebih tinggi letaknya. Wilayah ini dinamakan Weltevreden.

Menyusuri Kota Tua Jakarta

KOTA Jakarta yang akan berulang tahun bulan Juni mendatang memiliki banyak kawasan historis, salah satunya adalah kawasan kota. Berada di kawasan ini memberikan nuansa lain dari kebanyakan kawasan ibu kota.Tur Kota Tua Jakarta dimulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa dan berakhir di Taman Fatahillah.

Cikal bakal Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa kini merupakan pelabuhan bongkar muat barang, utamanya kayu dari Pulau Kalimantan. Di sepanjang pelabuhan berjajar kapal-kapal phinisi atau Bugis Schooner dengan bentuk khas, meruncing pada salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Setiap hari tampak pemandangan para pekerja yang sibuk naik turun kapal untuk bongkar muat.

Pelabuhan Sunda Kelapa sebetulnya telah terdengar sejak abad ke-12. Kala itu pelabuhan ini sudah dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk milik kerajaan Hindu terakhir di Jawa Barat, Pajajaran, terletak dekat Kota Bogor sekarang. Kapal-kapal asing yang berasal dari Cina, Jepang, India Selatan, dan Arab sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi kekayaan tanah air saat itu.

Bangsa Eropa pertama asal Portugis tiba pertama kali di Sunda Kelapa tahun 1512 untuk mencari peluang perdagangan rempah-rempah dengan dunia barat. Keberadaan mereka ternyata tidak berlangsung lama, setelah gabungan kekuatan Muslim Banten dan Demak, dipimpin Sunan Gunungjati (Fatahillah), menguasai Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta ("kemenangan yang nyata") tanggal 22 Juni 1527.

Setelah Portugis hengkang, para pedagang asal Belanda tiba tahun 1596 dengan tujuan yang sama, mencari rempah-rempah. Rempah-rempah sangat dicari saat itu dan menjadi komoditas luks di Belanda karena berbagai khasiatnya seperti obat, penghangat badan, dan bahan wangi-wangian. Para pedagang Belanda (yang kemudian tergabung dalam VOC) awalnya mendapat sambutan hangat dari Pangeran Wijayakrama dan membuat perjanjian.

Namun, tergiur dengan potensi pendapatan yang tinggi dari penjualan rempah-rempah di negara asalnya, VOC mengingkari perjanjian dan mendirikan benteng di selatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Benteng ini, selain berfungsi sebagai gudang penyimpanan barang, juga digunakan sebagai benteng perlawanan dari pasukan Inggris yang juga berniat untuk menguasai perdagangan di Nusantara.

Benteng tersebut dibangun tahun 1613, sekira 200 meter ke arah selatan Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada tahun 1839 di lokasi ini didirikan Menara Syahbandar yang berfungsi sebagai kantor pabean, atau pengumpulan pajak dari barang-barang yang diturunkan di pelabuhan. Lokasi menara ini menempati salah satu bastion (sudut benteng) yang tersisa.

Sekira 50 meter ke arah barat menara terdapat Museum Bahari. Di dalam museum ini dapat disaksikan peralatan asli, replika, gambar-gambar dan foto-foto yang berhubungan dengan dunia bahari di Indonesia, mulai dari zaman kerajaan hingga ekspedisi modern. Museum ini sebetulnya menempati bangunan gudang tempat menyimpan barang-barang dagang VOC di abad 17 dan 18, dan tetap dipertahankan kondisi aslinya untuk kegiatan pariwisata. Bahkan sebagian bangunannya bisa disewa untuk acara-acara pribadi. Pada sisi utara museum masih terdapat benteng asli yang menjadi benteng bagian utara.

Memasuki Jln. Tongkol di selatan museum, kita akan tiba di lokasi bekas bengkel kapal VOC atau dikenal juga dengan VOC Shipyard. Di sini, pada masa lalu, kapal-kapal yang rusak diperbaiki. Saat ini, bangunan memanjang dengan jendela-jendela segi tiga di atapnya tersebut direvitalisasi sebagai restoran dengan tetap mempertahankan arsitektur aslinya.

Kawasan kota lama: Amsterdam di Timur
Ke arah selatan, melewati jembatan tol, kita akan tiba di lokasi asli kawasan Batavia yang dibangun antara 1634 hingga 1645. Batavia adalah hasil rancangan Gubernur Jenderal Coen, yang berniat membangun Amsterdam versi Timur dan menjadi pusat administrasi dan militer Hindia Belanda.

Objek pertama di kawasan ini adalah jembatan unik khas Belanda. Jembatan kayu berwarna coklat kemerahan ini dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam. Dibangun Belanda tahun 1628 sesuai dengan gaya aslinya di Amsterdam, yaitu bisa diangkat ketika kapal-kapal melintasinya.

Masih di kawasan ini, yaitu Jalan Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur, berjajar bangunan-bangunan dari abad 18, beberpa dari awal abad 20. Kawasan ini merupakan pusat dari benteng Kota Batavia, yang mengalami masa jayanya pada abad 17 dan 18. Beberapa bangunan unik khas Eropa di kawasan ini adalah bangunan Asuransi Lloyd, Standard Chartered Bank, PT Samudra Indonesia, PT. Bhanda, Graha Raksa, dan Toko Merah.

Berjalan ke arah selatan sepanjang Sungai Kali Besar dan berbelok ke arah kiri di Jalan Pintu Besar Utara 3 kita akan tiba di lokasi di mana gedung pusat Bank Indonesia yang lama berdiri. Gaya arsitekturnya khas seperti umumnya bangunan BI di kota-kota di Indonesia, yaitu Neo-Classic, terlihat indah dengan ornamennya dan berwarna putih. Bangunan BI ini dibangun pada awal tahun 1990-an.

Dari BI kita berbelok di Jalan Pintu Besar Selatan dan berjalan ke arah utara, menuju kawasan Taman Fatahillah. Taman Fatahillah merupakan lapangan terbuka berbentuk persegi empat dengan bangunan-bangunan bersejarah di semua sisinya. Di sisi barat terdapat beberapa bangunan unik, salah satunya Museum Wayang (1912) yang di dalamnya dipamerkan koleksi wayang dari seluruh Indonesia dan beberapa negara di dunia. Museum ini dibangun di atas lahan gereja yang didirikan tahun 1640, namun rubuh akibat gempa bumi.

Di sisi utara terdapat sebuah restoran yang menempati bangunan dari awal tahun 1800-an. Di sampingnya, bangunan bergaya art deco yang berfungsi sebagai kantor pos. Di sisi timur berdiri bangunan bergaya Indische Empire Stiijl, bekas gedung pengadilan yang kini berfungsi sebagai Museum Seni Rupa. Di dalamnya dipamerkan koleksi keramik, lukisan, dan gambar-gambar yang menjelaskan perkembangan seni rupa di tanah air.

Di sisi selatan berdiri megah bangunan Museum Sejarah Jakarta. Bangunan unik yang terdiri dari dua lantai ini memamerkan barang-barang asli, replika, gambar-gambar dan foto-foto yang menunjukkan perkembangan sejarah Jakarta dari masa prasejarah hingga kini. Sebetulnya masih ada basement, yang digunakan sebagai ruang tahanan semasa pemerintahan VOC, lengkap dengan rantai-rantai besi asli yang digunakan untuk mengikat kaki para tahanan. Suasana muram, gelap dan pengap yang dirasakan ketika menengok lantai bawah tanah ini sanggup membuat bulu kuduk berdiri membayangkan kondisi sulit para tahanan saat itu.

Museum Sejarah (Stadhuis) dibangun tahun 1620 hingga 1707 atas inisiatif Gubernur Jenderal Coen dan awalnya digunakan sebagai bangunan balai kota semasa VOC berkuasa. Taman Fatahillah yang terletak di depannya menyimpan banyak sejarah, salah satunya pembantaian 5.000 keturunan etnis Cina pada tahun 1740. Penyebabnya karena VOC merasa terancam dengan keberadaan etnis Cina di Batavia yang jumlahnya membengkak, serta naluri bisnis mereka.

Kawasan Kota Tua Jakarta hanyalah salah satu dari beberapa kawasan historis di Jakarta. Masih ada yang lain seperti Glodok (Pecinan), kawasan sekitar Pasar Baru, Medan Merdeka, dan Menteng. Namun bila dilihat dari urutan sejarahnya, kawasan Kota Tua adalah cikal bakal perkembangan dan sejarah Kota Jakarta, sehingga terasa relatif lebih menarik untuk dijelajahi. (Amor Patria/PR)

Sejarah Pemerintahan
  • Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.

  • 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari j adi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/1956).

  • 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia.

  • 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente Batavia'.

  • 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.

  • 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi.

  • September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta.

  • 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia.

  • 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj'a Jakarta.

  • 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya.

  • Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.

  • 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.

  • Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah provinsi daerah khusus ibukota negara republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadi pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, selain itu wilyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 ( 5 wilayah kotamdaya dan satu kabupaten administrative kepulauan seribu )

Walikota dan Gubernur Terdahulu
  1. Suwiryo, Walikota (1945 - 1951)
  2. Sjamsuridjal, Walikota (1951 - 1953)
  3. Sudiro, Walikota (1953 - 1960)
  4. Dr. Sumarno, Mayjen (Purn) TNI AD, Gubernur (1960 - 1965)
  5. Henk Ngantung, Gubernur (1964 - 1965)
  6. H. Ali Sadikin, Letjen (Purn) TNI AL/Marinir, Gubernur (1966 - 1977)
  7. H. Tjokropranolo, Letjen (Purn) TNI AD, Gubernur (1977 - 1982)
  8. R. Soeprapto, Mayjen (Purn) TNI AD, Gubernur (1982 - 1987)
  9. Wiyogo Atmodarminto, Letjen (Purn) TNI AD , Gubernur (1987 - 1992)
  10. SurJadi Soedirdja, Letjend (Purn) TNI AD, Gubernur (1992 - 1997)
  11. Sutiyoso , Letjend (Purn) TNI AD, Gubernur (1997 - 2007)
Nama Batavia Jadi Jakarta

Pemilihan kepala daerah (pilkada) yang merupakan pesta demokrasi tingkat Jakarta akan berlangsung bulan Juni 2007. Jakarta sejak awal proklamasi (1945) sampai saat ini telah memiliki tiga orang wali kota dan delapan gubernur. Sedangkan pada masa kolonial 1619-1942 tercatat 66 orang gubernur jenderal. Terakhir adalah gubernur jenderal A.W.L. Tjarda van Stankeborg Stachouwer. Setelah tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ditangan Balatentara Jepang, pada 9 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang.

Balatentara Jepang langsung mengeluarkan UU tentang 'Perobahan Pemerintahan Daerah'. Pulau Jawa dibagi dalam satuan-satuan daerah yang disebut Syuu (keresidenan). Keresidenan dibagi dalam beberapa Ken (kabupaten) dan shi (stadgementer). Yang terakhir ini mengerjakan segala pemerintahan daerah di dalam lingkungan daerahnya. Seperti regent (bupati), wedana, asisten wedana, lurah, kepala kampung atau wijkmeester.

Begitu menaklukkan Belanda, Jepang merubah nama Batavia dengan Jakarta. Pada masa Jepang ini dibentuk RT-RW yang berlangsung hingga kini. Nama-nama jalan dan gedung dari nama Belanda diganti dengan nama Jepang. Sejumlah patung tokoh Belanda ditumbangkan. Seperti patung pendiri Batavia J.P.Coen di halaman Departemen Keuangan sekarang.

Mula-mula rakyat Indonesia menyambut baik kedatangan balatentara Jepang. Mereka menjanjikan kemerdekaan dan menggembleng rakyat Indonesia untuk membantu balatentara Jepang yang tengah berperang dengan Sekutu (AS dan Inggris). Hingga kala itu ada semboyan 'Amerika kita strika' 'Inggris kita linggis'. Tapi kehidupan rakyat sangat terpuruk dan kelaparan terjadi di mana-mana.

Dalam foto terlihat suasana memperingati genap setahun perang Asia Timur Raya pada 8 Desember 1942 di Lapangan Gambir (kini Monas). Rapat umum yang dihadiri puluhan ribu warga Jakarta ini dihadiri oleh para pembesar Jepang. Termasuk Jenderal Okazaki, Panglima AD Jepang di Jawa yang membacakan sambutan 'Tenno Heika' (kaisar Jepang). Ir Sukarno, yang menjadi Ketua Kehormatan Rapat Umum tersebut, seperti disebutkan majalah 'Djawa Baroe' terbitan pendudukan Jepang menyatakan bulatnya semangat rakyat menyokong membangunkan masyarakat baru.

Di foto terlihat bendera Jepang siap untuk dikibarkan dihadapan sekitar 30 ribu warga Jakarta yang mendatangi Lapangan Gambir (Monas). Dewasa ini pemerintah Jepang menghadapi tuntutan agar meminta maaf terhadap kekejamannya menjadikan wanita-wanita di kedua negara sebagai budak seks tentara pendudukan Jepang. Indonesia sendiri yang selama 3,5 tahun dijajah Jepang juga menghadapi kekejaman yang sama. Beberapa tahun lalu pernah wanita-wanita Indonesia yang menjadi korban seks tentara Jepang menuntut ganti rugi.

(Alwi Shahab, wartawan Republika )

JAKARTA Riwayat Sebuah Kota


MENGAMATI kota Jakarta bagaikan membaca catatan panjang yang merekam berbagai kejadian masa lalu. Berbagai bangunan dan lingkungan di Jakarta menyimpan jejak-jejak perjalanan masyarakatnya, bagaimana mereka bersikap menghadapi tantangan zamannya, memenuhi kebutuhan hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia menyimpan suka-duka dan pahit-manisnya perkembangan, di mana kita dapat menyerap pelajaran yang berharga.

Jakarta, Ibukota Republik Indonesia, memiliki banyak rekaman sejarah. Antara lain dalam bentuk bangunan maupun lingkungan. Di dalamnya tercermin upaya masyarakat masa lalu dalam membangun kotanya yang tak luput dari berbagai masalah dari zaman ke zaman.

“Jika kita memandang kota Jakarta sekarang, mungkin sulit terbayang bahwa ribuan tahun yang lalu kawasan ini masih baru terbentuk dari endapan lumpur sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta. Misalnya Kali Ciliwung, Kali Angke, Kali Marunda, Kali Cisadane, Kali Besar, Kali Bekasi dan Kali Citarum. Usia dataran Jakarta kini diperkirakan 500 tahun berdasarkan geomorfologi, ilmu lapisan tanah.

Endapan ini membentuk dataran dengan alur-alur sungai yang menyerupai kipas. Dataran ini setelah mantap lama kelamaan dihuni orang dan terbentuklah beberapa kelompok pemukiman, di mana salah satunya kemudian berkembang menjadi pelabuhan besar, " kata Muhammad Isa Ansyari SS, Sejarawan Terkemuka di Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda DKI Jakarta.

Ia menuturkan, kota Jakarta merupakan kota yang berkembang dengan cepat sejak mendapat peran sebagai Ibukota Rl. Perkembangan itu disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang saling menjalin satu sama lain.

Bermula dari sebuah lingkungan pemukiman kecil dengan kegiatan hidup terbatas, dan kemudian berkembang menjadi lingkungan pemukiman megapolitan dengan berbagai kegiatan yang amatkompleks. Dalam paparan sejarah pertumbuhannya, di mana pemerintah kotanya silih berganti dan kondisi masyarakatnya sangat majemuk, baik dari suku bangsa, ras dan agama berikut berbagai aspek kehidupannya, warga kotanya tetap membangun tempat bermukim dan berkehidupan mereka sesuai dengan kemampuan dana, daya dan teknologi yang mereka miliki.

Sejarah Jakarta
Muhammad Isa Ansyari SS mengungkapkan sejarah kota Jakarta dimulai dengan terbentuknya sebuah pemukiman di muara Ciliwung. Menurut berita Kerajaan Portugal pada awal abad ke-15, pemukiman tersebut bernama "Kalapa" dan merupakan sebuah Bandar penting di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, yang pusatnya pada waktu itu berada di Kota Bogor.

"Di Kerajaan Pajajaran, Bogor, itu kini masih terdapat prasasti peninggalan abad ke-16. Nama prasasti itu "Sato Tulis", peninggalan Rahyang Niskala Watu Kencana, Namun oleh orang Eropa Bandar tersebut lebih dikenal dengan nama Sunda Kalapa, karena berada di bawah kekuasaan Sunda," kata Muhammad Isa Ansyari SS.

Dalam sejarah, ujar Sejarawan Terkemuka Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Pemda OKI Jakarta itu, Bandar Malaka ditaklukkan Kerajaan Portugal pada 1511. Tujuan Portugal ketika itu adalah mencari jalur laut untuk mencapai kepulauan Maluku, sumber rempah-rempah. Maka pada 1522 mendaratlah kapal utusan dari Malaka di bawah pimpinan Francesco De Sa.

Menurut laporan Francesco De Sa terjadi perundingan dengan pemuka Bandar Kalapa yang berada di bawah kekuasaan Raja Sunda yang beragama Hindu.

Sementara itu di Jawa Tengan dengan surutnya Kerajaan Majapahit berkembanglah Kerajaan Islam di Demak. Kerajaan Islam itu kemudian menyerang Kerajaan Sunda di Jawa Barat meliputi Cirebon, Banten, Kalapa dan lain-lain. Mengingat kurangnya sumber-sumber asli Jawa Tengah tnengenai peristiwa itu, maka kita terpaksa berpaling kepada berita Kerajaan Portugal yang pada akhirnya tidak saja berlabuh di Maluku tetapi juga Kerajaan Portugal ini merapatdi Timor Timur, menyatakan bahwa pada 1526-1527 sebuah armada Portugal telah mengunjungi Sunda Kalapa untuk memenuni perfanjian tahun 1522.

"Ternyata mereka belum mengetahui bahwa telah terjadi perubahan kekuasaan dari Kerajaan Pajajaran ke Kerajaan Banten, yaltu orang-orang dari Jawa Tengah yang beragama Islam .Ivlenurut berita yang mereka dapat, nama Pangtima yang diberikan adalah Falatehan, sebutan mereka untuk nama Fatahillah," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.

Masa Prasejarah
Di beberapa tempat di Jakarta seperti Pasar Minggu, Pasar Rebo, Jatinegara, Karet, Kebayoran, Kebon Sirih, Kebon Nanas, Cawang, Kebon Pala, Rawa Belong, Rawa Lefe, Rawa Bangke, ditemukan benda-benda pra sejarah seperti kapak, beliung, gurdi, dan pahat dari batu. Alat-alat tersebut berasal dari zaman batu atau zaman neolitikum antara tahun 1000 SM. Jadi, pada masa itu sudah ada kehidupan manusia di Jakarta.

"Dan seperti daerah latnnya, di Jakarta juga ditemukan prasasti. Prasasti Tugu ditemukan di Cilineing. Prasasti itu sarat informasi tentang Kerajaan Tarumanegara dengan Raja Purnawarman. Menurut prasasti itu, Jakarta merupakan wilayah Kerajaan Tarumanegara, kerajaan tertua di Puiau Jawa, di samping Bogor, Banten, Bekasi sampai Citarum di sebelah timur dan Giaruten," kata Muhammad isa Ansyari SS.

Kronologis Peristiwa Penting
Pada 686 Masehi. Kerajaan Tarumanegara hancur akibat serangan balatentara Kerajaan Sriwijaya. Abad ke-14, Jakarta masuk ke wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sering disebtit Kerajaan Pajajaran, atau Kerajaan Sunda. Kerajaan Pajajaran memiiiki enam petabuhan, diantaranya pelabuhan Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini terletak di Teluk Jakarta - di muara sungai Citiwung - yang merupakan pusat perdagangan paling penting seiak abad ke-12 hingga ke-16.

Senin, 21 Agustus 1522. Begitu pentingnya, Sunda Kalapa tak luput dari incaran orang-orana Portugis yang sejak tahun 1511 sudah bercokol di daratan Malaka. Keinginan mereka mendapatkan sambutan baik dari Raja Pajajaran. Selain berkepentingan soal perdagangan, Raja Pajajaran juga bermaksud meminta bantuan orang-orang Portugis dalam menghadapi orang-orang Islam, yang sudah banyak pengikutnya di Banten dan Cirebon. Demak, kala itu, sudah menjadi pusat kekuatan dan penyebaran agama Islam.

Perjanjian kerjasama pun ditandatangani antara Raja Pajajaran dan orang Portugis. Isinya orang Portugis ditzinkan mendirikan benteng di Sunda Kalapa, yang ditandai di tepi sungai Ciliwung. Rabu 22 Juni 1527. Perjanjian itu tak dapat diterima Demak, Kerajaan Islam yang saat itu sedang berada di puncak kejayaan. "Sultan Demak mengirimkan balatentaranya, yang dipimpin sendiri oleh menantunya, Fatahillah. Pasukan Fatahillah berhasil menduduki Sunda Kalapa pada 1527. Tatkala armada Portugal datang, pasukan Fatahillah menghaneurkannya. Sia-sia armada Portugal itu hengkang Ke Malaka," ujar Muhammad Isa Ansyari SS.

Dengan kemenangan itu Fatahillah menggantt nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Artinya "Kemenangan Berjaya”. Itulah peristiwa bersejarah yang ditetapkan sebagai 'hari jadl' Kota Jakarta. Kekuasaan Jayakarta akhirnya berada di tangan Fatahillah, dan makin meluas sampai ke Banten menjadi Kerajaan Islam.

Tahun 1595. Cornells de Houtman dan anak buahnya tiba di perairan Banten. Orang-orang Belanda itu datang mencari rempah-rempah. Persaingan di antara mereka makin ketat dibumbui permusuhan.

Rabu 20 Maret 1602 seorang token dan negarawan Kerajaan Belanda, Johati van Oldenbarneveld, mengambil suatu prakarsa mengumpulkan para pedagang Belanda dalam suatu wadah. Berdirilah serikat dagang Verenigde Oost Indische Compaqnie atau VOC. VOC merupakan wadah konglomerat zaman dulu.

Tahun 1617. Orang-orang Kerajaan Belanda diizinkan berdagang di Jayakarta. Mereka memperoleh sebidang tanah di sebelah timur sungai Ciliwung, di perkampungan Cina. Di situ mereka membangun kantor dan benteng. Kubu pertahanan Kerajaan Belanda itu tak disukai orang Jayakarta, Banten maupun Kerajaan Inggris. Mereka kemudian berperang.

Tahun 1619. Terjadi pertempuran sengit segitiga antara Kerajaan Belanda, Kerajaan Inggris dan Kerajaan Portugal di pelabuhan Sunda Kalapa. Suasana Teluk Jayakarta itu sekejab menjadi merah api dan merah darah. Di laut teluk banyak bergelimpangan mayat-mayat serdadu Kerajaan Belanda dan Kerajaan Portugal setelah kedua negara kerajaan itu habis digempur pasukan laut Kerajaan Inggris. Inggris menang dalam perang itu.

Kamis, 30 Mei 1619, JP Goen menaklukkan kembali sekaligus menguasai Jayakarta. Saat itu armada Kerajaan Inggris sudah tidak ada lagi karena telah berangkat berlayar menuju Australia, meninggalkan Jayakarta. Sedang armada (laut Kerajaan Portugal pergi menuju ke wilayah ujung timur Nusantara, tepatnya di Timor Timur.

"Jayakarta pada tahun tersebut memasuki lembaran baru. Nama Jayakarta diubah Kerajaan Belanda menjadi Batavia. Nama Batavia ini berasal dari nama Batavieren, bangsa Eropa yang menjadi nenekmoyang Kerajaan Belanda," tukas Muhammad Isa Ansyari SS.

VOC mula-mula menjadikan Batavia sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Dengan kepiawaian kompeni lewat intrik dan politik adu domba atau cfewtte et impera terhadap raja-raja di Nusantara. Seluruh wilayah Nusantara dijarahnya. Kejayaannya pun berlangsung cukup lama.

Tahun 1798. VOC jatuh dan dibubarkan. Kekuasaan, harta benda dan utangnya yartg 134,7 juta gulden diambil alih Pemerintahan Kerajaan Belanda. Rabu, 1 Januari 1800, Indonesia sejak itu diperintah langsung oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Suatu majelis untuk urusan jajahan Asia lalu didirikan.

Namun, awal Maret 1942, Kerajaan Jepang merebut kekuasaan dari Kerajaan Belanda pada Perang Dunia ke-2. Nama Batavia dikubur balatentara Kerajaan Jepang. Dan, nama Jakarta menggantikannya sampai sekarang. (sumber : majalah amanah)

Galery Foto
Peta Batavia tahun 1897 Peta Batavia tahun 1897
Nearby, in Gang Mesjid 1, off JI. Pangeran Tubagus Angke, the small Mesjid Alanwar or Angke Mosque, 1761
Click! The Castle of Batavia, Seen from Kali Besar West
Batavia (Jakarta)


ini adalah alumni kelas X-2

Minggu, 08 November 2009

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A. KERAJAAN ISLAM DI SEKITAR SELAT MALAKA
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam di daerah pantai timur Pulau Sumatera bagian utara yang berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yakni Selat Malaka.
Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Nazimuddin al Kamil, seorang laksamana laut dari Mesir. Pada tahun 1238 M, ia mendapat tugas merebut Pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al Kamil juga mendirikan sebuah kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-rempah dan lada.
Nazimuddin al Kamil meletakkan dasar-dasar pemerintahan Kerajaan Samudera Pasai berlandaskan hukum-hukum ajaran Islam. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan yang cukup pesat walaupun secara politis Kerajaan Samudera Pasai berada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
a. Kehidupan Politik
Sultan Malikul Saleh.
Sultan Malikul Saleh memerintah Samudera Pasai dari tahun 1285-1297 M. Sultan yang semula menganut aliran Syi’ah itu berbalik menganut aliran Syafei.
Sultan Malikul Thahir.
Setelah sultan Malikul Saleh wafat, tahta kerajaan beralih pada putranya yang bergelar Sultan Malikul Thahir (Malik Al-Thahir). Pada masa kekuasaannya terjadi peristiwa penting di Kerajaan Samudera Pasai saat putra Sultan Malikul Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun) dan bergelar Sultan Malikul Mansur. Ia kembali kepada aliran yang semula yaitu aliran Syi’ah.
b. Kehidupan Ekonomi
Letak geografis Samudera Pasai di tepi Selat Malaka sangat strategis, karena merupakan jalur perdagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan dunia Timur.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum Islam. Sistem kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai banyak memiliki persamaan dengan daerah-daerah Arab, sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
2. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara.
a. Kehidupan Politik
Iskandar Syah Pada awal abad ke-15 M, terjadi perang saudara di Kerajaan Majapahit. Perang itu dikenal dengan sebutan Perang Paregreg. Peperangan tersebut, seorang pangeran Kerajaan Majapahit yang bernama Paramisora diiringi para pengikutnya melarikan diri dari daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura).
Muhammad Iskandar Syah. Setelah Iskandar Syah meninggal dunia tahta Kerajaan Malaka dipegang oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah. Ia memerintah Malaka dari tahun 1414-1424 M. Dibawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas hingga mencapai seluruh wilayah Semenanjung Malaya. Pada masa kekuasaannya muncul ekspedisi bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque.

b. Kehidupan Ekonomi
Peranan Kerajaan Malaka sebagai penguasa perdagangan di Asia Tenggara terlihat dari ramainya perdagangan yang berpusat di Ibu Kota kerajaan tersebut.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa perantara (bahasa Melayu disebut juga sebagai bahasa Kwu-lun).
c. Kehidupan Sosial
Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, sudah jelas hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.
3. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
a. Kehidupan Politik
Berdirinya Kerajaan Aceh, tidak dapat diketahui dengan pasti. Namun berdasarkan Bustanus Salatin (1637 M) karangan Nurudin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh dan berdasarkan berita-berita orang Eropa, diketahui bahwa Kerajaan Aceh telah berhasil membebaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir.
b. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada.

c. Kehidupan Sosial
Meningkatnya kemakmuran telah menyebabkan berkembangnya sistem feodalisme dan ajaran Islam. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedang kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan Teungku. Sayangnya antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh. Sejak berkuasanya Kerajaan Perlak telah terjadi permusuhan antara aliran Syi’ah dengan Sunnah Wa Jama’ah. Tetapi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syi’ah memperoleh perlindungan dan berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan Aceh.
Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan agama Islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang berjudul Bustanussalatin (judul itu berarti taman raja-raja dan berisi adat-istiadat Aceh beserta ajaran agama Islam).
Penyebab Kemunduran Kerajaan Aceh :
• Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
• Timbulnya pertikaian yang terus menerus di Aceh antara golongan bangsawan (teuku) dengan golongan ulama (teungku) mengakibatkan melemahnya kerajaan Aceh.
• Daerah-daerah kekusaanya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Perlak, Minangkabau, dan Siak.
• Aceh yang berkuasa selama kurang lebih empat abad, akhirnya runtuh karena dikuasai oleh Belanda pada awal abad ke-20.

B. KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA
1. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa . secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah. Pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada masa sebelumnya, daerah Demak bernama Bintaro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Patah (dari Kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (daerah Pasai).
a. Kehidupan Politik
Ketika Kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Adipati Unus.
Sultan Trenggana. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa Kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat dibawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan Pajajaran. Dengan kemenangan itu Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh).

b. Keruntuhan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dan Sunan Prawoto (Putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Seda Ing Lepen dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto.
Putra Sekar Seda Ing Lepen yang bernama Arya Penangsang menuntut balas kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri (suami Ratu Kali Nyamat, adik Sunan Prawoto).
c. Kehidupan Ekonomi
Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung dan transito antara daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran Indonesia bagian Barat. Karena itulah timbul keinginan Demak untuk menggantikan kedudukan Malaka sebagai pusat perdagangan baik nasional maupun internasional.
d. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Demak tidak jauh berbeda dengan kehidupan sosial pada masa sebelumnya. Hanya pada masa kekuasaan Demak kehidupan masyarakat telah diatur oleh aturan-aturan atau hukum-hukum yang berlaku dalam ajaran Islam, tetapi tidak begitu saja meninggalkan tradisi lama, sehingga muncullah sistem kehidupan sosial masyarakat yang telah mendapat pengaruh Islam.
e. Kehidupan Budaya
Diantara para wali atau sunan yang aktif di Demak adalah Sunan Kalijaga. Ia banyak memberi saran, sehingga Demak menjadi semacam negara Theokrasi, yaitu negara atas dasar agama. Salah satu bukti peninggalan kebudayaan Kerajaan Demak adalah Masjid Demak yang terkenal salah satu tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu dan disebut Soko Tatal. Di pendopo Masjid Demak (serambi depan Masjid Demak) itulah dasar-dasar perayaan Sekaten.
Ide memperingati Maulid Nabi di istana berasal dari kebiasaan masyarakat pada masa Kerajaan Yogyakarta, Solo, Cirebon dan Demak. Kata “ Sekaten” itu sendiri berasal dari kata “Syahadatain” yang berhubungan dengan aktivitas para wali dalam mengenalkan makna dua kalimat syahadat.
2. Kerajaan Banten
a. Letak Kerajaan
Dasar-dasar Kerajaan Banten diletakkan oleh Hasanuddin (putra Fatahillah). Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa perkembangan kerajaan Banten yang sedemikian pesatnya, tidak lepas dari posisinya yang strategis di sekitar Selat Sunda. Dengan posisinya yang strategis inilah, Kerajaan Banten berkembang menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi saingan berat VOC (Belanda) yang berkedudukan di Batavia.
b. Kehidupan Ekonomi
Faktor-faktor pendukung berkembangnya Banten sebagai pusat kerajaan dan pusat perdagangan antara lain sebagai berikut
• Banten terletak di Teluk Banten sebagai pelabuhan yang baik
• Kedudukan Banten yang sangat strategis, karena aktivitas pelayaran perdagangan dari pedagang Islam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Malaka
• Banten memiliki bahan ekspor penting, yaitu lada sehingga menjadikan daya tarik yang kuat bagi pedagang-pedagang asing
• Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedagang-pedagang mencari jalan baru di Jawa Barat di samping Cirebon.
Banten yang cepat maju dikunjungi oleh pedagang-pedagang asing seperti pedagang Gujarat, Persia, Cina, Turki, Pegu (Birma dan Myanmar), Keling, Portugis dan lain-lain. Seperti orang Keling mendirikan kampung Keling, orang Arab atau orang yang telah menganut agama Islam mendirikan kampung Pekojan, orang Cina membentuk kampung Pecinan.
c. Kehidupan Sosial
Sejak daerah Banten diislamkan oleh Fatahillah, kehidupan sosial masyarakat secara perlahan mulai berlandaskan ajaran-ajaran atau hukum-hukum yang berlaku dalam agam Islam.
3. Kerajaan Mataram
a. Letak Kerajaan
Kerajaan Mataram Islam ini tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Mataram dari zaman Hindu-Budha. Mungkin juga pemakaian nama ini ada hubungannya dengan upaya untuk mengagungkan kembali kebesaran masa lalu.
Kerajaan Mataram adalah sebuah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Pajang. Kerajaan Mataram adalah daerah Jawa Tengah bagian selatan dengan pusatnya di Kota Gede atau Pasar Gede dekat daerah Yogyakarta sekarang.
b. Kehidupan Politik
Sultan Agung. Setelah Mas Jolang wafat, Raden Mas Martapura mulai berkuasa. Namun karena sakit-sakitan, akhirnya turun dari tahta Kerajaan Mataram. Kemudian ia digantikan oleh Mas Rangsang, dengan gelar Sultan Agung Senapati Ing alogo Ngabdurracman. Ia adalah raja Mataram yang pertama memakai gelar sultan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung.
Sultan Agung memerintah Mataram dari tahun 1613-1645 M. Dibawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaannya. Sultan Agung disamping sebagai seorang raja, ia juga tertarik dengan filsafat kesusastraan dan seni. Sultan Agung menulis buku filsafat yang berjudul Sastro Gending.
Sultan Agung mempunyai tujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir orang-orang Belanda di Batavia. Ia juga terkenal sebagai seorang sultan yang sangat anti terhadap Belanda, sehingga pada masa pemerintahannya Kerajaan Mataram dua kali mengadakan serangan ke Batavia (1628 M dan 1629 M), namun gagal. Kegagalan ini membuat Sultan Agung memperketat penjagaan pada daerah-daerah perbatasan yang dekat dengan Batavia, sehingga dibawah pemerintahannya, Belanda sulit menembus daerah Mataram. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 M dan di gantikan oleh putranya yang mendapat Amangkurat I.
Amengkurat I. Amengkurat I memerintah Mataram dari tahun 1645-1677 M. Ketika ia menduduki tahta Kerajaan Mataram, orang-orang Belanda mulai masuk ke daerah Kerajaan Mataram. Bahkan Amengkurat I menjalin hubungan yang sangat erat dengan Belanda. Belanda diperkenankan untuk mendirikan benteng di Kerajaan Mataram.
Ternyata, setelah diperkenankan mendirikan benteng, tindakan Belanda semakin sewenang-wenang. Akhirnya muncul pemberontakan , seperti pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Trunajaya dari Madura. Pangeran Trunajaya berhasil menjalin hubungan dengan bupati di daerah pesisir pantai. Bahkan ibukota Mataram hampir dikuasai oleh Trunajaya. Namun karena perlengkapan persenjataan yang jauh dibawah pasukan Belanda, akhirnya pemberontakan itu berhasil dipadamkan. Ketika pertempuran terjadi di pusat ibukota kerajaan Mataram, Amengkurat I menderita luka-luka dan dilarikan oleh putranya ke Tegalwangi, hingga meninggal dunia.
Amengkurat II. Amengkurat II memerintah Mataram dari tahun 1677-1703 M. Dibawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram semakin sempit. Sebagian besar daerah-daerah kekuasaan diambil alih Belanda. Amengkurat II yang tidak tertarik untuk tinggal di ibukota kerajaan, selanjutnya mendirikan ibukota baru di Desa Wonokerto yang diberi nama Karta-surya. Di ibukota inilah Amengkurat II menjalankan pemerintahannya terhadap sisa-sisa Kerajaan Mataram, hingga akhirnya meninggal tahun 1703 M.
Setelah Amengkurat II, Kerajaan Mataram bertambah suram dan tahun 1755 M melalui Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram dibagi dua wilayah:
• Daerah Kesultanan Yogyakarta, daerah ini lebih dikenal dengan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi sebagai rajanya, bergelar Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792 M).
• Daerah Kesuhunan Surakarta, diperintah oleh Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788)
Perjanjian Salatiga merupakan upaya Belanda untuk memperkecil wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram.
Sebagai raja dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara dengan wilayahnya yang diberi nama Mangkunegara. Namun sebagian daerah kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati, sehingga Kerajaan Mataram yang kuat dan kokoh pada masa pemerintahan Sultan Agung akhirnya dibagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Kerajaan Mataram benar-benar merupakan sebuah negara agraris. Pelayaran-perdagangan menghendaki daerahnya sebagai negara merdeka atau setidak-tidaknya sebagai anggota serikat atau federasi, jadi sifatnya desentralisasi.
Pada masa pemerintahan Sultan Agung terjadi perselisihan antara pedagang-pedagang Belanda di Jepara. Hal ini mengakibatkan Sultan Agung melakukan serangan ke pusat perdagangan Belanda di Batavia dan ingin mengusir Belanda dari Batavia (tapi gagal). Untuk menghadapi Belanda, Mataram menjalin hubungan dengan Potugis (musuh Belanda dari Eropa) yang ingin memenuhi kebutuhan berasnya dari Mataram.
Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat memperoleh imbalan berupa tanah garapan atau tanah pajak. Sistem kehidupan ini menjadi dasar utama munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
Salah satu bentuk kebudayaan yang muncul adalah kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi (perpaduan) antara kebudayaan asli Hindu, Buddha dan Islam. Upacara Grebeg, bersumber pada pemujaan nenek moyang yang berupa kenduri gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit pada perayaan hari besar Islam, sehingga timbul Grebeg Syawal pada hari raya Idul Fitri, Grebeg Maulud pada bulan Rabiul Awal. Hitungan tarikh yang sebelumnya (tarikh syamsiah),sejak tahun itu diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh qamariah).

C. KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA TIMUR
1. Kerajaan Gowa dan Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaannya ke kepulauan Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores.
Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya di Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.
Dengan bantuan Arung Palaka pasukan belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai Ibukota kerajaan. Akhirnya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M).
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional. Banyak pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark, datang berdagang di Makassar.
Aktivitas kehidupan masyarakat diatur berdasarkan sumber-sumber yang ada dalam ajaran hukum Islam.
2. Kerajaan Ternate dan Tidore
Secara geografis Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang sangat penting dalam dunia perdagangan pada masa itu. Kedua kerajaan ini terletak di daerah Kepulauan Maluku.
Pada masa itu, Kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki sebgai “The Spice Island”.
Di Kepulauan Maluku banyak terdapat kerajaan kecil, diantaranya Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya, mencakup pulau-pulau di Ternate, Obi Bacan, Seram, dan Ambon. Uli Siwa berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau di Makayan, Jahilolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat.
Ketika bangsa Portugis masuk ke Maluku, Portugis langsung memihak dan membantu Ternate pada tahun 1521. Hal itu dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa Spanyol yang ketika datang di Maluku langsung membantu Tidore. Terjadilah perselisihan antara kedua bangsa kulit putih tersebut di daerah Maluku. Untuk menyelesaikan perselisihan kedua bangsa itu, Paus turun tangan dan menentukan garis batas wilayah timur melalui Perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian itu dinyatakan bahwa bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap menguasai daerah-daerah di Maluku.
Malaka merupakan kepulauan antara Sulawesi dan Irian. Tanah dipulau itu subur dan diliputi oleh hutan rimba yang banyak memberikan hasil, diantaranya cengkeh.
Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah dan juga ingin mengembangkan agama Katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius.
Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan.

Glosarium
Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahié, kitab hukum perniagaan milik Kerajaan Makkasar.
Bustanussalatin, kitab sejarah Aceh yang memuat silsilah raja-raja dan tradisi rakyat Aceh.
Daerah Serambi Mekkah, sistem kehidupan sosial masyarakat Samudera Pasai atau Aceh memiliki banyak persamaan dengan daerah-daerah Arab.
Pangeran Sabrang Lor, gelar yang diberikan kepada Dipati Unus karena pernah melakukan serangan ke arah utara yaitu ke Semenanjung Malaka dalam upaya untuk mengusir Portugis dari Malaka.
Perang Paregreg, perang saudara yang terjadi di Kerajaan Majapahit antara 1401-1406.
Perjanjian Bongaya, perjanjian yang terjadi antara Kerajaan Makassar Belanda setelah kekalahan Raja Hasanuddin pada Perang Makassar.
Perkawinan Politik, sistem perkawinan seperti ini biasanya dilakukan oleh kalangan raja yang ingin menguasai wilayah kerajaan lainnya tanpa melalui peperangan.
Sastro Gending, sebuah kitab karya sastra karangan Sultan Agung (Raja Mataram Islam).
Sekaten, tradisi yang sengaja diciptakan oleh kalangan Kerajaan Mataram pada masa-masa awal berkembangnya pengaruh Islam di Pulau Jawa. Tradisi ini bertujuan untuk memperoleh banyak pengikut agama Islam. Tradisi perayaan ini hingga sekarang masih tetap dilakukan.
Soko Tatal, tiang utama dari Masjid Demak yang didirikan oleh Sunan Kalijaga sebagai pemimpin pendiri masjid tersebut.
Teuku, golongan bangsawan Aceh yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil.
Teungku, golongan ulama Aceh yang sangat besar peranannya di dalam perkembangan masyarakat Aceh.
The Spice Island, julukan yang diberikan kepada Kepulauan Maluku karena sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia.
Upacara Grebeg, upacara yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan. Upacara ini merupakan tradisi masyarakat sejak zaman kekuasaan Kerajaan Majapahit.